Seorang nenek berumur 65 tahun telah menceritrakan kisah
perjalanannya dari satu negara ke negara lain dengan angkutan sampah.
Beliau menyatakan bahwa perjalanannya sungguh menakutkan dan
menyakitkan karena selama dalam perjalanan kedua telinganya hanya
menerima dan mendengar apa yang disebut sampah. Dia sungguh tidak tahu
apa itu sampah karena tidak bisa berbahasa Tetum dan Indonesia, kecuali
Laes Meto/Uab Meto (bahasa Baikenu/Dawan). Ketika truck yang diangkut
nenek ini menghampiri dan mulai masuk daerahnya ia masih mendengar
teriakan suara manusia yang menyebut kata sampah oleh orang-orang yang
berada disekitarnya. Ia tidak sempat bertanya kepada kolega
seperjalanan akibat truck berlari dengan kecepatan tinggi, 120Km/jam.
Pikirannya sungguh buta gelap tentang apa itu kata sampah. Akibat
ketidaktahuan ini dapat mendorongnya untuk mecari tahu.
Saat
turun dari Truck ia langsung meminta kepada salah seorang temannya yang
bisa berbahasa Tetum dan Indoneisa. Setelah mendapat arti kata sampah,
dalam hatinya bertanya. “Apakah saya dan semua orang yang berada dalam
Truck ini adalah sampah?”. Yang lain lagi menyatakan bahwa mereka yang
berada dalam truck, bukan sampah tetapi manusia. “Truck yang
mengangkut manusia dari Dili ke Oekusi itu bernama Truck Sampah (Truck
Saneamentu)”, beber temannya.
Setelah itu nenek yang berumur 65
tahun ini merasa kecewa dan malu karena selama berminggu-minggu ia
selalu mendapat ejeka-ejekan dari tetangganya yang menggantikan
identitas dirinya sebagai Nenek Sampah. Ia lalu mempersalah kepada
mereka yang sebagai pelayan. Sangat dan sungguh memalukan, mengecewakan
dan menyakitkan bentuk pelayanan yang dialami oleh nenek yang berumur
65 tahun ini.
Bayangkan jikalau anda yang berada pada posisi
nenek tua ini. Anda sebagai wanita cantik, pria ganteng kaum intelek
ketika mengalami pengalaman seperti ini. Dimana dan bagaimana perasaan
anda? Mungkin saja menolak. Mungkin juga merasa kecewa dan malu.
Bentuk
pelayanan yang diteriman oleh nenek tua ini bukan hanya menyakitkan,
memalukan tetapi juga sungguh menurunkan harkat dan martabatnya sebagai
manusia dan warga negara. Ini adalah bentuk pelayanan yang tidak
bersumber dari hati nurani para pemeberi pelayanan dalam hal ini
pemerintah.
Contoh konkret dari bentuk pelayanan
yang tidak bermuara dari hati nurani dan menurunkan martabat manusia
adalah pelayanan pemerintahan terhadap daerah kantong Oekusi. Pelayanan
yang penuh arti dan menyentuh adalah pelayanan yang lahir dari hati
yang mengasihi dengan penuh sukacita dan rela. Hanya pelayanan yang
bersumber dari hati yang mengasihi mampu mengubah hati manusia. Jadi,
seharusnya pelayanan pemerintah terhadap masyarakat Oekusi dengan Truck
Saneamentu tidak boleh terjadi.
Pada pemilu 2007 partai politik
yang menjadi urutan pertama di daerah kantong sampah adalah CNRT, PD,
Partai Demokrat urutan kedua dan yang terakhir ialah partai Fretilin.
Seluruh masyarakat kantong sampah dengan rasa antusias memberi suara
mereka kepada partai CNRT dimana pemimpinnya adalah Kay Rala Xanana
Gusmao, Perdana-Menteri sekarang. Dan harapan mereka yang diberikan
kepada presiden partai CNRT adalah hanya satu yakni hanya untuk
mendapatkan perhatian, perlakuan dan pelayanan yang manusiawi,
pelayanan yang bersumber dari hati nuraninya dan juga perlayanan yang
bersifat menjaga martabat dan harga diri sebagai manusia, bukan binatang
yang pantas dilayani dengan Truck Binatang dan Truck sampah. Sungguh
memalukan, mengecewakan dan menyakitkan bentuk pelayanan yang sedang
terjadi.
Setelah Presiden partai politik CNRT menjabat
sebagai Perdana Menteri realita pelayanannya justru sering menyakitkan
hati sesama atau orang-orang yang dilayani? Padahal setiap orang yang
melaksanakan pelayanan umumnya selalu yakin bahwa apa yang dilakukannya
bersumber dari hatinya. Memang benar tindakan pelayanan umumnya lahir
dari pancaran hati. Tetapi pancaran hati yang bagaimanakah yang
dinyatakan dalam pelayanan? Pancaran hati yang mengasihi ataukah
pancaran hati yang penuh dengan kemarahan dan iri-hati. Pancaran hati
yang mengasihi pastilah akan melahirkan pelayanan yang ditandai oleh
ucapan dan tindakan yang mengungkapkan kasih. Sebaliknya pancaran hati
yang penuh dengan luka-luka dan kemarahan akan menghasilkan pelayanan
yang melukai hati sesama. Tepatnya pelayanan yang cenderung menyakitkan
dan melukai hati sesama bersumber dari hati yang penuh dengan kemarahan
dan kekecewaan. Sehingga yang dipancarkan hati dalam pelayanan
tersebut suatu ungkapan yang penuh dengan keluh-kesah, perasaan kesal
dan menuntut perhatian.
Pelaksanaan Otonomi khusus yang telah
disahkan oleh pemerintah sejak tahun 2002 tanpa ada perubahan dalam
pelaksanaan pemerintahan di daerah baik dalam pemberian wewenang dan
seterusnya. Pada dasarnya pemerintah telah melakukan berbagai upaya
agar menghasilkan pelayanan yang lebih cepat, tepat, manusiawi, murah,
tidak diskriminatif, dan transparan. Selain itu, dalam konstitusi RDTL
pasal 5 lima, daerah kantong Oekusi yang kini berurbah menjadi Daerah
Kantong Sampah mendapatkan pelayanan dan perlakuan secara khusus.
Namun, upaya-upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah nampaknya belum
optimal. Salah satu indikator yang dapat dilihat dari fenomena ini
adalah pada pelayanan di bidang transportasi dan proses penyelesain
perbatasan darat Naktuka. Bentuk pelayanan pemerintah di bidang
transportasi adalah mengecewakan, menyakitkan, memalukan dan menurunkan
harkat dan martabat masyarakat Oekusi sebagai manusia dan juga sebagai
warga negara yang harus dilayani dengan baik sebagaimana mestinya.
Bentuk pelayanan seperti inilah yang tidak bersumber dari hati nurani
pemimpin negara.
Daerah kantong Oekusi atau daerah Kantong
Sampah sangat dikenal luas oleh masyarakat lain yang ada di Timor-Leste
melalui keramah-tamahannya. Karena faktor keramah-tamahan, selalu
mengangguk kepala, selalu yes man, selalu okey boss atas setiap
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah maka suka tidak suka, mau
tidak mau, mereka harus tunduk kepada kebijakan pemerintah untuk
mengangkut mereka dengan angkutan sampah ke 'Daerah Kantong Oekusi'
tanpa memperhatikan martabat dan harga diri mereka. Yang penting sampai
di tempat tujuan.
Pelayanan seperti ini bukan hanya memalukan
dan menurunkan harga diri dan martabat masyarakat Oekusi tetapi juga
dapat menurunkan para pemimpin pemerintah sekarang. Karena sistem
pengangkutan sampah Oekusi bukan hanya antar negeri (antar kota, antar
distrik) tetapi angkutan antar negara, Timor-Leste dan
Indonesia-Atambua. Dengan demikian kita dapat bertanya diri bahwa
bagaimanakah perasaan para pemimpim Pemerintahan sekarang? Dimanakah
letak perasaan harga diri dan martabat mereka? Tidak ada sama sekali!
Dalam hati mereka hanya berpikir bahwa yang menjadi malu hanyalah
masyarakat Oekusi. Bukan pemerintah terutama Sekretaris Negara Region
Otonomi Khusus.
Pelayanan pada dirinya tidak terlalu berbicara
dengan penuh arti selama tidak dinyatakan dalam suatu perhatian, kasih
dan keramah-tamahan. Namun anehnya kita justru sering mengabaikan
tindakan perhatian, kasih dan keramah-tamahan saat melakukan pelayanan.
Akibatnya tindakan pelayanan yang dipercayakan masyarakat sering
menjadi suatu tindakan yang mengecewakan dan menyakitkan hati bagi
orang-orang yang dilayani. Contoh konkretnya adalah pelayanan
pemerintah terhadap daerah enklve Oekusi yang mendapat pelayanan khusus
secara ekonomi dan administratif setelah Timor-Leste meraih
kemerdekaan resmi tanggal 20 Mei 2002.
Otonomi daerah merupakan
wewenang untuk mengatur urusan pemerintahan yang bersifat lokalitas
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan
demikian desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat
setempat untuk memecahkan berbagai masalah dan pemberian layanan yang
bersifat lokalitas demi kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.
Desentralisasi dapat pula disebut otonomisasi, otonomi daerah diberikan
kepada masyarakat dan bukan kepada daerah atau pemerintah daerah.
Namun, hingga sekarang ini kualitas pelayanan publik masih diwarnai
oleh pelayanan yang sulit untuk diakses, prosedur yang berbelit-belit
ketika harus mengurus suatu perijinan tertentu, biaya yang tidak jelas
serta terjadinya praktek pungutan liar (pungli) pada harga ticket
Berlin Nakroma, merupakan indikator rendahnya kualitas pelayanan publik
di daerah otonomi Oekusi, daerah otonomi sampah. Pungutan liar yang
sementara marak didepan mata masyarakat Oekusi ialah pungutan liar
terhadap harga ticket Berlin Nakroma. Contoh konkretnya harga ticket S$
4 dirubah menjadi S$ 10.
Kami masyarakat DAERAH KANTONG
OEKUSI hanya membutuhkan perlakuan dan pelyanan yang bersifat
manusiawi, pelayanan yang bermuara dari hati nurani, pelayanan yang
menjaga martabat dan harga diri sebagai manusia dan warga negara
Timor-Leste, bukan sampah Timor-Leste dan juga kami bukan DAERAH
KANTONG SAMPAH.
***Timor Post Edisi 1 Maret 2011
Informasaun oioin no notisia falsu (Fake News) ne’ebé produz hosi ema iresponsavel halo públiku deskonfia ba malu. Haksesuk malu to’o halo barullu. Blog ne’e sei kontein akumulasaun artigu no tips ne’ebé verifika issue, no informasaun ne’ebé espalla iha sosiedade nu’udar notisia falsu no hoax.
Faktus Timor-Leste
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Timor-Leste's Prime-Minister offers his resignation Prime-Minister Timor-Leste Taur Matan Ruak. Dili, Timor-Leste - Prime Ministe...
-
Benny Wenda, pemimpin perjuangan Kemerdekaan Papua saat menghadiri Sidang Umum PBB di New York, AS, pekan lalu. TEMPO/Raimundos Oki. ...
-
AMBENO – President for the Special Regional Administrative Oe - Kusi Ambeno Authority and Special Zone for Economic and Social...
-
DILI — Tribunal Distrital Dili (TDD) adia kazu Radio Televizaun Timor – Leste, Empreza Públiku (RTTL,E.P) tanba arguidu Filomino De Bri...
No comments:
Post a Comment